UMBULHARJO SUKSES HIPNOTIS PENONTON DENGAN LAKON

Kemantren Umbulharjo berhasil menghipnotis penonton dalam Festival Kethoprak se-Kota Yogyakarta dengan lakon “Korbaning Gegayuhan”. Pertunjukan yang digelar di Gedung Societet TBY pada pukul 19.00 WIB ini menyajikan kisah cinta klasik Panji Semirang yang penuh konflik dan dilema. Acara ini turut dihadiri oleh Mantri Pamong Praja Umbulharjo, Rajwan Taufiq. S.I.P., M.Si. beserta jajarannya, yang hadir untuk memberikan dukungan penuh kepada kontingen Umbulharjo dan mengapresiasi hasil karya anak wilayah. “Saya sangat kagum dengan pertunjukan kethoprak dari wilayah kita yang begitu apik. Pertunjukan ini telah menunjukkan bahwa seni budaya kita masih sangat hidup dan berkembang, banyak generasi muda-mudi Umbulharjo masih peduli dengan pelestarian budaya. Saya berharap ke depan akan semakin banyak lagi karya-karya seni yang lahir dari wilayah kita Umbulharjo” ujarnya.

Lakon "Korbaning Gegayuhan" menceritakan tentang Panji Brajanata yang dihadapkan pada pilihan sulit antara cinta dan kewajiban. Sejak kecil, Panji bersumpah untuk melindungi Puteri Inu dan Angreni. Namun, tumbuhnya rasa cinta pada Angreni membuatnya melanggar aturan kerajaan. Konflik ini semakin rumit ketika ayahnya, Prabu Lembu Amiluhur, melarang hubungan mereka dan menuntut Panji untuk menjauhi Angreni. Judul "Korbaning Gegayuhan" sendiri sangat menggambarkan dilema yang dialami Panji. "Gegayuhan" berarti keinginan atau harapan yang sangat kuat. Dalam konteks cerita ini, gegayuhan Panji adalah cinta pada Angreini. Namun, untuk mencapai gegayuhan tersebut, ia harus mengorbankan sesuatu yang sangat berharga, yaitu hubungan dengan ayahnya. Penampilan apik dari para pemain seperti Dimas Smell sebagai Inu Kertapati, Anna Palupy sebagai Angreni, dan Afif sebagai Brajanata berhasil menghidupkan karakter-karakter dalam lakon ini. Ditambah dengan dukungan dari penulis naskah Niki Nazaready, sutradara Setya Prayoga, dan seluruh kru, pertunjukan ini menjadi sangat menarik dan memukau.

Keindahan tata panggung, kostum yang memukau, serta iringan musik yang mengiringi setiap adegan semakin menambah semarak pertunjukan dan membawa suasana di era abad ke 14. Penonton terhipnotis dengan alur cerita yang menarik, akting para pemain yang memukau, dan pesan moral yang terkandung dalam lakon ini. Melalui lakon "Korbaning Gegayuhan", penonton diajak untuk merenungkan tentang konflik batin yang sering kita hadapi, yaitu antara keinginan pribadi dan kewajiban sosial. Kisah ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya keseimbangan, konsekuensi dari setiap pilihan, serta nilai-nilai tradisional dan modern.

Keberhasilan Kontingen Kemantren Umbulharjo dalam menyajikan kethoprak dengan lakon "Korbaning Gegayuhan" patut diapresiasi. Pertunjukan ini tidak hanya menghibur, pertunjukan ini juga menjadi bukti nyata pelestarian budaya lokal. Dengan melibatkan pemain dari wilayah sendiri, kethoprak semakin dekat dengan masyarakat dan berhasil memikat generasi muda untuk turut melestarikan warisan budaya.